cabang cabang CAHAYA BINTANG

My photo
jalan kaliurang km 6.2 pandega mukti No 48 A kentungan sleman 0274- 6824191, jogjakarta, Indonesia
belajar baca tulis dengan bermain pada anak usia dini umur 3-6 tahun, cabang-cabang yang ada: CAB 2: JLN KENCANA RAYA H3 NO.18 KENCANALOKA BSD SEKTOR 12. (021-75871481) CAB 3 :JL TB SUWANDI NO 10 CIRACAS SERANG (0254-203279) CAB 4 :PCI BLOK D NO 2 CILEGON (0254-377301) CAB 5: JL RADIO 1 NO.21 CILEGON (0254-397276) CAB 6: JL GONDOSULI NO.25 YOGYAKARTA (0274-7477271)

Saturday, 7 November 2009

cara belajar efektif

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF:
HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM MENGAJAR

Hukum Guru:
Kenali dan kuasailah dengan baik pelajaran yang akan Anda ajarkan -- ajarkanlah dengan sungguh-sungguh dan dengan pengertian yang jelas.

Hukum Murid:
Berusahalah untuk menarik perhatian dan minat anak-anak terhadap pelajaran yang diberikan. Jangan pernah mengajar tanpa perhatian mereka.

Hukum Bahasa:
Gunakan bahasa yang mudah dipahami baik oleh murid-murid Anda maupun Anda sendiri -- bahasa yang jelas dan tepat bagi Anda dan murid Anda.

Hukum Pelajaran:
Mulailah dengan pokok pelajaran yang sudah diketahui benar oleh murid-murid Anda dan yang telah mereka sendiri alami -- lalu lanjutkan dengan materi baru, dengan langkah satu per satu, mudah dan alami, biarkan hal-hal yang belum diketahui dijelaskan dengan menggunakan hal-hal yang sudah diketahui.

Hukum Proses Mengajar:
Doronglah agar dengan keinginan sendiri anak-anak bertindak ....

Hukum Proses Belajar:
Mintalah murid-murid untuk mengungkapkan kembali dalam pikiran mereka pelajaran yang sudah ia pelajari.

Hukum Review dan Penerapan:
Jangan pernah bosan untuk terus mengulang, mengulang dan mengulang ....

Howard Hendricks, dalam bukunya yang berjudul "Teaching to Change Lives", telah melakukan satu langkah maju dengan menyempurnakan "Tujuh Hukum Mengajar" karya Gregory di atas untuk memberikan panduan mengajar bagi para guru maka kini. Hendricks menekankan bahwa pertama-tama Tuhan memakai orang-orang yang dipanggil-Nya, yaitu para guru, untuk mempengaruhi hidup orang lain. Namun, ada prinsip-prinsip yang mendasar, yang jika dipraktekkan, akan memberikan suatu dinamika baru bagi pengajaran dan akan membuka pintu bagi Roh Kudus untuk bekerja dalam hidup anak-anak didik. Bagaimana Howard Hendricks menjelaskan hukum-hukumnya itu?

1. Hukum Guru:
"Berhentilah bertumbuh hari ini, maka Anda akan berhenti mengajar besok." Para guru harus membiarkan Firman Allah mengubah hidup mereka dan memberi kesempatan pada murid-murid mereka untuk melihat bahwa Allah bekerja dalam diri mereka. Dengan kata lain, seorang guru harus menjadi contoh kebenaran.

2. Hukum Pendidikan:
"Bagaimana Anda belajar menentukan bagaimana Anda mengajar." Oleh karena itu, guru yang efektif akan terus menyediakan metode- metode tepat yang dikembangkan secara variatif sehingga dapat mempertahankan minat yang tinggi dan mencegah kebosanan murid.

3. Hukum Aktivitas:
"Belajar yang maksimal adalah hasil dari keterlibatan yang maksimal." Bercerita tidak sama dengan mengajar. Keanekaragaman metode-metode yang aktif harus digunakan untuk melibatkan para murid supaya mereka dapat menemukan apa yang Tuhan katakan kepada mereka melalui Firman-Nya.

4. Hukum Komunikasi:
"Untuk benar-benar mengimpartasi informasi perlu dibangun jembatan-jembatan." Jembatan-jembatan itu perlu dibangun baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan meluangkan waktu bersama para murid di luar jam pelajaran, para guru akan mengenal muridnya dan mengetahui kebutuhan mereka. Di dalam kelas, guru merangsang keingintahuan para murid, menarik perhatian mereka, dan memotivasi para murid sebelum mengimpartasi informasi.

5. Hukum Hati:
"Pengajaran yang berhasil tidak hanya dari kepala ke kepala, tetapi dari hati ke hati." Hubungan merupakan suatu hal yang penting dalam proses belajar mengajar yang efektif.

6. Hukum Dorongan Semangat:
"Pengajaran cenderung paling efektif jika orang yang belajar termotivasi dengan tepat." Tidak ada hal yang lebih memotivasi daripada kesadaran akan adanya kebutuhan dan melihat harapan bahwa kebutuhan itu akan terpenuhi. Guru yang efektif memberikan dorongan belajar dengan memfokuskan pada relevansi kebenaran dan kehidupan para muridnya.

7. Hukum Kesiapan:
"Proses belajar mengajar akan paling efektif jika murid maupun guru cukup dipersiapkan." Kesiapan para murid meliputi faktor- faktor, fisik, kognitif dan perkembangan rohani, latar belakang, pengalaman, dan motivasi. Para guru harus menggunakan apa yang mereka ketahui tentang murid-muridnya untuk menyiapkan mereka menerima kebenaran yang baru.

Kesiapan seorang guru tergantung pada persiapannya. Sayangnya, persiapan yang kurang adalah sumber dari beberapa kelemahan dalam pendidikan Kristen saat ini. Guru yang efektif akan membuat tugas mengajar menjadi prioritas. Sumber:

· Christian Education: Foundations for the Future, Robert E. Clark, , Artikel Principles For Effective Teaching and Learning, halaman 117 - 118, Moody Press, Chicago.


PENDEKATAN KONTEKSTUAL

A. Latar belakang

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

  • Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
  • Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
  • Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
  • Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
  • Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
  • Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
  • Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

  • Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
  • Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
  • Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

  • Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
  • Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
  • Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
  • Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya lingkungan Belajar

  • Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
  • Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
  • Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
  • Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D.Pengertaian CTL

  1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
  2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional

NO.

CTL

TRADISONAL

1

Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa

Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru

2

Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi

3

Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan

5

Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

6

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)

7

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas kebiasaan

8

Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan

9

Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

10

Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

11

Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik

12

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

13

Hasil belajar diukurmelalui penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

BAB 2
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

  1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
  4. Ciptakan masyarakat belajar
  5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

A. Tujuh Komponen CTL

1. KONSTRUKTIVISME

• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. INQUIRY

• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. QUESTIONING (BERTANYA)

• Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR)

• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide

5. MODELING (PEMODELAN)

• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. REFLECTION ( REFLEKSI)

• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA)

• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

B. Karakteristik Pembelajaran CTL

• Kerjasama
• Saling menunjang
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Sharing dengan teman
• Siswa kritis guru kreatif
• Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
• Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

BAB 3
MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
  2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
  4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

No comments:

Post a Comment